Mengembangkan Usaha Penangkapan Ikan di Kota Semarang

 

Mediatama.co, Artikel – Indonesia sebagai negara maritim dan kepulauan terbesar di dunia memiliki potensi pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan yang sangat besar dan beragam. Potensi kelautan Indonesia di dalamnya dapat dipilah menjadi 4 kelompok sumber daya kelautan.

Pertama, sumber daya alam terbarukan (renewable resources) antara lain adalah perikanan, hutan bakau (mangrove), rumput laut (seaweed), padang lamun (seagrass) dan terumbu karang (coral reefs). Kedua, sumber daya alam tak terbarukan (non renewable resources) seperti minyak, gas bumi, timah, bauksit, biji besi, pasir kwarsa, bahan tambang, dan mineral lainnya.

Yang ketiga adalah energi kelautan berupa energi gelombang, OTEC (Ocean Thermal Energy Convertion), pasang surut dan arus laut. Keempatnya, laut sebagai environmental service di mana laut merupakan media transportasi, komunikasi, rekreasi, pariwisata, pendidikan, penelitian, pertahanan dan keamanan, pengatur iklim (climate regulator) dan sistem penunjang kehidupan lainnya (life-supporting system).

Perikanan merupakan satu bagian dari kegiatan ekonomi yang memberikan harapan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup manusia serta meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan nelayan. Potensi perikanan di Kota Semarang masih dapat digali dan dikembangkan, terutama dari sektor perikanan tangkap. Pemanfaatan potensi perikanan tangkap meskipun sudah berjalan, namun hasilnya belumlah sesuai harapan, baik dari segi kuantitas maupun kualitas sehingga peran hasil perikanan tangkap Kota Semarang belum memberikan dampak pertumbuhan ekonomi dan pendapatan nelayan yang signifikan.

Usaha perikanan tangkap memerlukan pengelolaan yang baik agar dapat memanfaatkan hasil tangkapan yang menguntungkan, mempertahankan dan mengembangkan potensi SDI (Sumber Daya Ikan) secara lestari. Kegiatan yang dilakukan dalam pengelolaan usaha penangkapan yang baik, diperlukan pengetahuan dan informasi tentang bidang perikanan, baik yang terkait dengan lingkungan SDI maupun pelaku usaha penangkapan (nelayan) itu sendiri.

Usaha perikanan tangkap, selain bergantung pada potensi dan lingkungan SDI, hasil tangkapan dan pendapatan nelayan juga dipengaruhi oleh banyak faktor yang terkait dengan teknik dan manajemen perikanan tangkap yang digunakan. Faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan meliputi faktor sosial dan ekonomi, yang terdiri dari besarnya modal, jumlah perahu, jumlah tenaga kerja, jarak tempuh saat melakukan operasi penangkapan dan pengalaman, serta besar kecilnya volume tangkapan. Peran keberhasilan usaha penangkapan selain bergantung dari SDI yang ada, juga bergantung pada kemampuan para nelayannya.

Nelayan sebagai makhluk sosial bertanggung jawab menjalankan usahanya, menjaga keutuhan sistem interaksi yang harmoni dalam masyarakat dan menjaga SDI serta lingkunganya dari kerusakan dan pemanfaatan yang berlebih. Pemanfaatan berlebih pada SDI yang terbatas dengan pengoperasian alat tangkap yang merusak, konflik antar pengguna alat tangkap dan sistem regulasi yang kurang memadai merupakan kontributor terhadap kerusakan SDI dan penurunan daya dukung lingkungan SDI, sehingga berakibat terhadap kesejahteraan nelayan, yang Justru akan semakin menurun di masa mendatang.

Pengelolaan sumber daya perikanan tangkap di Kota Semarang membutuhkan SDM (Sumber Daya Manusia) yang berkualitas dan produktif. Dalam mencegah jumlah penangkapan ikan yang berlebihan dan jumlah nelayan yang berlebihan, secara langsung dapat dilakukan melalui pengendalian upaya penangkapan, mengaktifkan pera nelayan melalui RTP (Rumah Tangga Perikanan) Nelayan dan stakeholders yang ada.

Rumah Tangga Perikanan Nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya manusia yang berperan dalam menjalankan usaha perikanan tangkap. Potensi SDM yang dimiliki dapat berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap, sehingga secara komprehensif dapat memberikan andil dalam pengembangan usaha penangkapan dan kesejahteraan nelayan. (*)

Penulis: Indah Kurniasih Wahyusari, S.TP Dinas Perikanan Kota Semarang, Sedang menempuh pendidikan S2 Ilmu LIngkungan (angkatan 49) Universitas Dipenegoro Semarang.

Bagikan:

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *